watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PESANAN DARI AYAH

Namaku Karina, usiaku 17 tahun dan aku adalah
anak kedua dari pasangan Menado-Sunda.
Kulitku putih, tinggi sekitar 168 cm dan berat 50
kg. Rambutku panjang sebahu dan ukuran dada
36B. Dalam keluargaku, semua wanitanya rata-
rata berbadan seperti aku, sehingga tidak seperti
gadis-gadis lain yang mendambakan tubuh yang
indah sampai rela berdiet ketat. Di keluarga kami
justru makan apapun tetap segini-segini saja.
Suatu sore dalam perjalanan pulang sehabis
latihan cheers di sekolah, aku disuruh ayah
mengantarkan surat-surat penting ke rumah
temannya yang biasa dipanggil Om Robert.
Kebetulan rumahnya memang melewati rumah
kami karena letaknya di kompleks yang sama di
perumahan elit selatan Jakarta.
Om Robert ini walau usianya sudah di akhir
kepala 4, namun wajah dan gayanya masih
seperti anak muda. Dari dulu diam-diam aku
sedikit naksir padanya. Habis selain ganteng dan
rambutnya sedikit beruban, badannya juga
tinggi tegap dan hobinya berenang serta tenis.
Ayah kenal dengannya sejak semasa kuliah dulu,
oleh sebab itu kami lumayan dekat dengan
keluarganya.
Kedua anaknya sedang kuliah di Amerika,
sedang istrinya aktif di kegiatan sosial dan sering
pergi ke pesta-pesta. Ibu sering diajak oleh si
Tante Mela, istri Om Robert ini, namun ibu selalu
menolak karena dia lebih senang di rumah.
Dengan diantar supir, aku sampai juga di
rumahnya Om Robert yang dari luar terlihat
sederhana namun di dalam ada kolam renang
dan kebun yang luas. Sejak kecil aku sudah
sering ke sini, namun baru kali ini aku datang
sendiri tanpa ayah atau ibuku. Masih dengan
seragam cheers-ku yang terdiri dari rok lipit
warna biru yang panjangnya belasan centi diatas
paha, dan kaos ketat tanpa lengan warna putih,
aku memencet bel pintu rumahnya sambil
membawa amplop besar titipan ayahku.
Ayah memang sedang ada bisnis dengan Om
Robert yang pengusaha kayu, maka akhir-akhir
ini mereka giat saling mengontak satu sama lain.
Karena ayah ada rapat yang tidak dapat ditunda,
maka suratnya tidak dapat dia berikan sendiri.
Seorang pembantu wanita yang sudah lumayan
tua keluar dari dalam dan membukakan pintu
untukku. Sementara itu kusuruh supirku
menungguku di luar.
Ketika memasuki ruang tamu, si pembantu
berkata, "Tuan sedang berenang, Non. Tunggu
saja di sini biar saya beritahu Tuan kalau Non
sudah datang."
"Makasih, Bi." jawabku sambil duduk di sofa
yang empuk.
Sudah 10 menit lebih menunggu, si bibi tidak
muncul-muncul juga, begitu pula dengan Om
Robert. Karena bosan, aku jalan-jalan dan
sampai di pintu yang ternyata menghubungkan
rumah itu dengan halaman belakang dan kolam
renangnya yang lumayan besar. Kubuka
pintunya dan di tepi kolam kulihat Om Robert
yang sedang berdiri dan mengeringkan tubuh
dengan handuk.
"Ooh.." pekikku dalam hati demi melihat tubuh
atletisnya terutama bulu-bulu dadanya yang
lebat, dan tonjolan di antara kedua pahanya.
Wajahku agak memerah karena mendadak aku
jadi horny, dan payudaraku terasa gatal. Om
Robert menoleh dan melihatku berdiri terpaku
dengan tatapan tolol, dia pun tertawa dan
memanggilku untuk menghampirinya.
"Halo Karin, apa kabar kamu..?" sapa Om Robert
hangat sambil memberikan sun di pipiku.
Aku pun balas sun dia walau kagok, "Oh, baik
Om. Om sendiri apa kabar..?"
"Om baik-baik aja. Kamu baru pulang dari
sekolah yah..?" tanya Om Robert sambil
memandangku dari atas sampai ke bawah.
Tatapannya berhenti sebentar di dadaku yang
membusung terbungkus kaos ketat, sedangkan
aku sendiri hanya dapat tersenyum melihat
tonjolan di celana renang Om Robert yang ketat
itu mengeras.
"Iya Om, baru latihan cheers. Tante Mella mana
Om..?" ujarku basa-basi.
"Tante Mella lagi ke Bali sama teman-temannya.
Om ditinggal sendirian nih." balas Om Robert
sambil memasang kimono di tubuhnya.
"Ooh.." jawabku dengan nada sedikit kecewa
karena tidak dapat melihat tubuh atletis Om
Robert dengan leluasa lagi.
"Ke dapur yuk..!"
"Kamu mau minum apa Rin..?" tanya Om Robert
ketika kami sampai di dapur.
"Air putih aja Om, biar awet muda." jawabku
asal.
Sambil menunggu Om Robert menuangkan air
dingin ke gelas, aku pindah duduk ke atas meja
di tengah-tengah dapurnya yang luas karena
tidak ada bangku di dapurnya.
"Duduk di sini boleh yah Om..?" tanyaku sambil
menyilangkan kaki kananku dan membiarkan
paha putihku makin tinggi terlihat.
"Boleh kok Rin." kata Om Robert sambil
mendekatiku dengan membawa gelas berisi air
dingin.
Namun entah karena pandangannya terpaku
pada cara dudukku yang menggoda itu atau
memang beneran tidak sengaja, kakinya
tersandung ujung keset yang berada di lantai
dan Om Robert pun limbung ke depan hingga
menumpahkan isi gelas tadi ke baju dan rokku.
"Aaah..!" pekikku kaget, sedang kedua tangan
Om Robert langsung menggapai pahaku untuk
menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
"Aduh.., begimana sih..? Om nggak sengaja Rin.
Maaf yah, baju kamu jadi basah semua tuh.
Dingin nggak airnya tadi..?" tanya Om Robert
sambil buru-buru mengambil lap dan menyeka
rok dan kaosku.
Aku yang masih terkejut hanya diam mengamati
tangan Om Robert yang berada di atas dadaku
dan matanya yang nampak berkonsentrasi
menyeka kaosku. Putingku tercetak semakin
jelas di balik kaosku yang basah dan hembusan
napasku yang memburu menerpa wajah Om
Robert.
"Om.. udah Om..!" kataku lirih.
Dia pun menoleh ke atas memandang wajahku
dan bukannya menjauh malah meletakkan kain
lap tadi di sampingku dan mendekatkan kembali
wajahnya ke wajahku dan tersenyum sambil
mengelus rambutku.
"Kamu cantik, Karin.." ujarnya lembut.
Aku jadi tertunduk malu tapi tangannya
mengangkat daguku dan malahan menciumku
tepat di bibir. Aku refleks memejamkan mata
dan Om Robert kembali menciumku tapi
sekarang lidahnya mencoba mendesak masuk
ke dalam mulutku. Aku ingin menolak rasanya,
tapi dorongan dari dalam tidak dapat berbohong.
Aku balas melumat bibirnya dan tanganku
meraih pundak Om Robert, sedang tangannya
sendiri meraba-raba pahaku dari dalam rokku
yang makin terangkat hingga terlihat jelas celana
dalam dan selangkanganku.
Ciumannya makin buas, dan kini Om Robert
turun ke leher dan menciumku di sana. Sambil
berciuman, tanganku meraih pengikat kimono
Om Robert dan membukanya. Tanganku
menelusuri dadanya yang bidang dan bulu-
bulunya yang lebat, kemudian mengecupnya
lembut. Sementara itu tangan Om Robert juga
tidak mau kalah bergerak mengelus celana
dalamku dari luar, kemudian ke atas lagi dan
meremas payudaraku yang sudah gatal sedari
tadi.
Aku melenguh agak keras dan Om Robert pun
makin giat meremas-remas dadaku yang
montok itu. Perlahan dia melepaskan ciumannya
dan aku membiarkan dia melepas kaosku dari
atas. Kini aku duduk hanya mengenakan bra
hitam dan rok cheersku itu. Om Robert
memandangku tidak berkedip. Kemudian dia
bergerak cepat melumat kembali bibirku dan
sambil french kissing, tangannya melepas kaitan
bra-ku dari belakang dengan tangannya yang
cekatan.
Kini dadaku benar-benar telanjang bulat. Aku
masih merasa aneh karena baru kali ini aku
telanjang dada di depan pria yang bukan
pacarku. Om Robert mulai meremas kedua
payudaraku bergantian dan aku memilih untuk
memejamkan mata dan menikmati saja. Tiba-
tiba aku merasa putingku yang sudah tegang
akibat nafsu itu menjadi basah, dan ternyata Om
Robert sedang asyik menjilatnya dengan
lidahnya yang panjang dan tebal. Uh.., jago
sekali dia melumat, mencium, menarik-narik dan
menghisap-hisap puting kiri dan kananku.
Tanpa kusadari, aku pun mengeluarkan erangan
yang lumayan keras, dan itu malah semakin
membuat Om Robert bernafsu.
"Oom.. aah.. aah..!"
"Rin, kamu kok seksi banget sih..? Om suka
banget sama badan kamu, bagus banget.
Apalagi ini.." godanya sambil memelintir
putingku yang makin mencuat dan tegang.
"Ahh.., Om.. gelii..!" balasku manja.
"Sshh.. jangan panggil 'Om', sekarang panggil
'Robert' aja ya, Rin. Kamu kan udah gede.."
ujarnya.
"Iya deh, Om." jawabku nakal dan Om Robert
pun sengaja memelintir kedua putingku lebih
keras lagi.
"Eeeh..! Om.. eh Robert.. geli aah..!" kataku
sambil sedikit cemberut namun dia tidak
menjawab malahan mencium bibirku mesra.
Entah kapan tepatnya, Om Robert berhasil
meloloskan rok dan celana dalam hitamku, yang
pasti tahu-tahu aku sudah telanjang bulat di atas
meja dapur itu dan Om Robert sendiri sudah
melepas celana renangnya, hanya tinggal
memakai kimononya saja. Kini Om Robert
membungkuk dan jilatannya pindah ke
selangkanganku yang sengaja kubuka selebar-
lebarnya agar dia dapat melihat isi vaginaku yang
merekah dan berwarna merah muda.
Kemudian lidah yang hangat dan basah itu pun
pindah ke atas dan mulai mengerjai klitorisku
dari atas ke bawah dan begitu terus berulang-
ulang hingga aku mengerang tidak tertahan.
"Aeeh.. uuh.. Rob.. aawh.. ehh..!"
Aku hanya dapat mengelus dan menjambak
rambut Om Robert dengan tangan kananku,
sedang tangan kiriku berusaha berpegang pada
atas meja untuk menopang tubuhku agar tidak
jatuh ke depan atau ke belakang.
Badanku terasa mengejang serta cairan vaginaku
terasa mulai meleleh keluar dan Om Robert pun
menjilatinya dengan cepat sampai vaginaku
terasa kering kembali. Badanku kemudian
direbahkan di atas meja dan dibiarkannya kakiku
menjuntai ke bawah, sedang Om Robert
melebarkan kedua kakinya dan siap-siap
memasukkan penisnya yang besar dan sudah
tegang dari tadi ke dalam vaginaku yang juga
sudah tidak sabar ingin dimasuki olehnya.
Perlahan Om Robert mendorong penisnya ke
dalam vaginaku yang sempit dan penisnya mulai
menggosok-gosok dinding vaginaku. Rasanya
benar-benar nikmat, geli, dan entah apa lagi,
pokoknya aku hanya memejamkan mata dan
menikmati semuanya.
"Aawww.. gede banget sih Rob..!" ujarku karena
dari tadi Om Robert belum berhasil juga
memasukkan seluruh penisnya ke dalam
vaginaku itu.
"Iyah.., tahan sebentar yah Sayang, vagina
kamu juga sempitnya.. ampun deh..!"
Aku tersenyum sambil menahan gejolak nafsu
yang sudah menggebu.
Akhirnya setelah lima kali lebih mencoba masuk,
penis Om Robert berhasil masuk seluruhnya ke
dalam vaginaku dan pinggulnya pun mulai
bergerak maju mundur. Makin lama gerakannya
makin cepat dan terdengar Om Robert
mengerang keenakan.
"Ah Rin.. enak Rin.. aduuh..!"
"Iii.. iyaa.. Om.. enakk.. ngentott.. Om.. teruss..
eehh..!" balasku sambil merem melek keenakan.
Om Robert tersenyum mendengarku yang
mulai meracau ngomongnya. Memang kalau
sudah begini biasanya keluar kata-kata kasar dari
mulutku dan ternyata itu membuat Om Robert
semakin nafsu saja.
"Awwh.. awwh.. aah..!" orgasmeku mulai lagi.
Tidak lama kemudian badanku diperosotkan ke
bawah dari atas meja dan diputar menghadap ke
depan meja, membelakangi Om Robert yang
masih berdiri tanpa mencabut penisnya dari
dalam vaginaku. Diputar begitu rasanya cairanku
menetes ke sela-sela paha kami dan gesekannya
benar-benar nikmat.
Kini posisiku membelakangi Om Robert dan dia
pun mulai menggenjot lagi dengan gaya doggie
style. Badanku membungkuk ke depan, kedua
payudara montokku menggantung bebas dan
ikut berayun-ayun setiap kali pinggul Om Robert
maju mundur. Aku pun ikut memutar-mutar
pinggul dan pantatku. Om Robert mempercepat
gerakannya sambil sesekali meremas gemas
pantatku yang semok dan putih itu, kemudian
berpindah ke depan dan mencari putingku yang
sudah sangat tegang dari tadi.
"Awwh.. lebih keras Om.. pentilnya.. puterr..!"
rintihku dan Om Robert serta merta meremas
putingku lebih keras lagi dan tangan satunya
bergerak mencari klitorisku.
Kedua tanganku berpegang pada ujung meja
dan kepalaku menoleh ke belakang melihat Om
Robert yang sedang merem melek keenakan.
Gila rasanya tubuhku banjir keringat dan
nikmatnya tangan Om Robert di mana-mana
yang menggerayangi tubuhku.
Putingku diputar-putar makin keras sambil
sesekali payudaraku diremas kuat. Klitorisku
digosok-gosok makin gila, dan hentakan
penisnya keluar masuk vaginaku makin cepat.
Akhirnya orgasmeku mulai lagi. Bagai terkena
badai, tubuhku mengejang kuat dan lututku
lemas sekali. Begitu juga dengan Om Robert,
akhirnya dia ejakulasi juga dan memuncratkan
spermanya di dalam vaginaku yang hangat.
"Aaah.. Riin..!" erangnya.
Om Robert melepaskan penisnya dari dalam
vaginaku dan aku berlutut lemas sambil
bersandar di samping meja dapur dan mengatur
napasku. Om Robert duduk di sebelahku dan
kami sama-sama masih terengah-engah setelah
pertempuran yang seru tadi.
"Sini Om..! Karin bersihin sisanya tadi..!" ujarku
sambil membungkuk dan menjilati sisa-sisa
cairan cinta tadi di sekitar selangkangan Om
Robert.
Om Robert hanya terdiam sambil mengelus
rambutku yang sudah acak-acakan. Setelah
bersih, gantian Om Robert yang menjilati
selangkanganku, kemudian dia mengumpulkan
pakaian seragamku yang berceceran di lantai
dapur dan mengantarku ke kamar mandi.
Setelah mencuci vaginaku dan memakai
seragamku kembali, aku keluar menemui Om
Robert yang ternyata sudah memakai kaos dan
celana kulot, dan kami sama-sama tersenyum.
"Rin, Om minta maaf yah malah begini jadinya,
kamu nggak menyesal kan..?" ujar Om Robert
sambil menarik diriku duduk di pangkuannya.
"Enggak Om, dari dulu Karin emang senang
sama Om, menurut Karin Om itu temen ayah
yang paling ganteng dan baik." pujiku.
"Makasih ya Sayang, ingat kalau ada apa-apa
jangan segan telpon Om yah..?" balasnya.
"Iya Om, makasih juga yah permainannya yang
tadi, Om jago deh."
"Iya Rin, kamu juga. Om aja nggak nyangka
kamu bisa muasin Om kayak tadi."
"He.. he.. he.." aku tersipu malu.
"Oh iya Om, ini titipannya ayah hampir lupa."
ujarku sambil buru-buru menyerahkan titipan
ayah pada Om Robert.
"Iya, makasih ya Karin sayang.." jawab Om
Robert sambil tangannya meraba pahaku lagi
dari dalam rokku.
"Aah.. Om, Karin musti pulang nih, udah sore."
elakku sambil melepaskan diri dari Om Robert.
Om Robert pun berdiri dan mencium pipiku
lembut, kemudian mengantarku ke mobil dan
aku pun pulang.
Di dalam mobil, supirku yang mungkin heran
melihatku tersenyum-senyum sendirian
mengingat kejadian tadi pun bertanya.
"Non, kok lama amat sih nganter amplop
doang..? Ditahan dulu yah Non..?"
Sambil menahan tawa aku pun berkata, "Iya Pak,
dikasih 'wejangan' pula.."
Supirku hanya dapat memandangku dari kaca
spion dengan pandangan tidak mengerti dan aku
hanya membalasnya dengan senyuman rahasia.
He..he..he..


Adult | GO HOME | Exit
1/1187
U-ON

inc Powered by Xtgem.com